Kemegahan Kusinara Pada Waktu Lampau

Setelah Sang Bhagava selesai memberikan sabda-Nya, Ananda kemudian mengajukan sebuah usul, “Bhante, hendaknya Sang Bhagava jangan mengakhiri hidup-Nya di tempat yang sederhana ini, sebuah tempat yang sepi di tengah-tengah hutan belantara, sebuah tempat terpencil di luar perbatasan propinsi! Terdapat banyak kota besar, oh Bhante, seperti Champa, Rajagaha, Savatthi, Saketa, Kosambi, dan Benares; Sebaiknya Sang Bhagava mengakhiri hidup-Nya di salah satu kota yang tersebut di atas! Kerena di kota-kota tersebut tinggal banyak para bangsawan, brahmana, dan kepala keluarga, yang berbakti sekali kepada Sang Tathagata, dan mereka pasti akan memberi penghormatan yang sebagaimana mestinya kepada jenazah Sang Tathagata.”

Janganlah engkau berkata demikian, Ananda! Jangan katakan, “’Tempat sederhana ini, sepi dan berada di tengah-tengah hutan belantara, tempat terpencil di luar perbatasan propinsi!’

Pada zaman lampau, Ananda, hidup seorang raja yang bernama Maha Sudassana. Beliau adalah seorang Raja Dunia yang bijaksana, penakluk dari empat penjuru dunia. Negaranya aman dan sentosa dan diberkahi dengan Tujuh Permata. Dan Raja Maha Sudassana, Ananda, memiliki ibu kota yang terletak di tempat ini (Kusinara), yang waktu itu bernama Kusuvati, dan kota ini luasnya dua belas yojana dari Timur ke Barat dan tujuh yojana dari Utara ke Selatan (1 yojana = 16 km).

Dan ibu kota Kusuvati, Ananda, adalah kuat, makmur, dan berpenduduk padat, kerap kali dikunjungi para pedagang dan memiliki bahan makanan yang berlimpah-limpah.

Sebagaimana juga halya dengan Alakamanda, Ananda, yang menjadi ibu kota dari para dewata, kuat, makmur dan berpenduduk padat, kerap kali dikunjungi oleh para dewata dan mempunyai bahan makanan yang berlimpah-limpah, maka begitu pula halnya dengan ibu kota Kusuvati.

Ananda, Kusuvati ramai terus, siang dan malam disertai sepuluh macam bunyi-bunyian, seperti suara gajah, ringkikan kuda, bergemerincingnya kereta perang, suara gendang dan tambur, musik dan nyanyi-nyanyian, pekikan gembira, tepukan tangan dan teriakan-teriakan, ‘Mari makan, minum dan bergembira!’”